Jangan Tinggalkan Sholat (2)

ISTIQOMAH MENJALANKAN SHOLAT

     “Dari ‘Abdullah bin Umar , bahwasanya Nabi   menyebutkan tentang shalat pada suatu hari. Maka beliau bersabda:”Barangsiapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat 
nanti. Sedangkan yang tidak menjaganya maka tidak akan memiliki cahaya, bukti dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu  ia akan dikumpulkan bersama Fir ‘aun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.”  (Berkata Al 
Mundziri: “ Riwayat Ahmad dengan sanad Jayyid/baik, juga diriwayatkan oleh Thabrani, dan Ibnu Hibban)

     Orang yang meninggalkan shalat fardu tanpa alasan syar’i (udzur) maka sesungguhnya ia telah melakukan dosa yang sangat besar. Al Imam Adz Dzahabi Rahimahullah memasukkan dalam kitabnya  ‘Al Kabair’ bahwa orang yang meninggalkan shalat fardu tanpa udzur, sebagai dosa yang besar, setelah Syirik, Membunuh, dan Sihir. Tetapi kebanyakan kaum muslimin tidak menyadarinya atau tidak mengetahuinya bahwa itu adalah salah satu dosa besar, sehingga masih banyak diantara mereka yang sering menyia-nyiakan, 
bahkan sampai meninggalkannya.

Allah berfirman: 
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan. kecuali orang yang bertaubat, beriman dan beramal saleh.”   (QS.Maryam :59-60). 

     Ibnu ‘Abbas  berkata, “Makna menyia-nyiakan shalat bukanlah meninggalkannya sama sekali. Tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya.” Imam Ibnu Katsir Rahimahullah menjelaskan, generasi yang menyia-nyiakan shalat yaitu, kalau mereka sudah menyia-nyiakan shalat, maka pasti mereka lebih menyia-nyiakan kewajiban yang lainnya. Karena shalat itu merupakan tiang dien ini dan pilarnya, serta sebaik-baik perbuatan hamba. Dan ditambah lagi (keburukan mereka) dengan mengikuti syahwat dunia dan kelezatannya, 
senang dengan kehidupan  dan kenikamatan dunia. Maka mereka itu akan menemui kesesatan, yaitu kerugian dihari kiamat”. 

     Imam para tabi’in, Sa’id bin Musayyib berkata, ‘Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan shalat dzuhur sehingga datang Ashar. Tidak shalat ashar sampai datang Maghrib. Tidak shalat Maghrib sampai  datang “Isya’. Tidak shalat “Isya’ sampai fajar menjelang. Tidak shalat  Shubuh sampai matahari terbit. Barangsiapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertaubat, Allah menjanjikan baginya “Ghayya” yaitu lembah di Neraka jahannam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya”.

Di ayat yang lain Allah berfirman: 
“ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya”(Al-Maa’uun: 4-5).

      Sa’ad bin Abi Waqqash   berkata, “Aku bertanya kepada Rasulullah   tentang orang-orang yang lalai akan shalatnya. Rasul  menjawab, ‘Yaitu yang mengakhirkan waktunya.” Mereka disebut orang-orang yang shalat. Namun ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya, mereka diancam dengan ‘wail’, yaitu adzab yang berat. Ada juga yang mengatakan  bahwa  ‘wail’adalah sebuah lembah di neraka jahannam, jika gunung-gunung yang ada di dunia ini dimasukkan kesana niscaya akan melelehlah semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan shalat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali orang-orang yang bertaubat kepada Allah  dan menyesal atas kelalaiannya.

Di ayat yang lain Allah berfirman; 
“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.”(Al-Munafiqun: 9) 

     Para mufassir menjelaskan, “Maksud mengingat Allah  dalam ayat ini adalah shalat lima waktu. Maka barangsiapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan shalat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang  yang merugi.” 

Dan Nabi  pun telah bersabda, 
“Amal yang pertama kali dihisab pada hari kiamat dari seorang hamba adalah shalatnya. Jika shalatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia.”  (riwayat 
Tirmidziy dan yang lain dari Abu Hurairah ). 

Rasulullah bersabda: 
“Sesungguhnya tali penghubung antara seseorang dengan syirik dan kafir, adalah meninggalkan shalat” (Riwayat Muslim, dari Jabir  ) 

Rasulullah bersabda, 
“Sesungguhnya ikatan (pembeda) antara kita dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka telah kafirlah ia.”  (Riwayat Imam Ahmad dalam Musnad, Abu  Dawud, Nasa’iy, Tirmidziy, Ibnu majah, dan Ibnu Hibban, dishahihkan oleh Al Albani).  

     Al Imam Al Lalikai Rahimahullah dalam Syarhu I’tiqad Ahlus Sunnah Wal Jama’ah menyampaikan sebuah riwayat: 
“ Dari “Abdullah bin Syaqiq Al “aqli berkata: “Para Shahabat  Muhammad tidaklah menganggap suatu amalan yang bila ditinggalkan akan menjadikan (dia) kafir selain shalat” (Riwayat Tirmidzi dan Hakim dengan sanad shahih) 

Rasulullah bersabda: 
“Barangsiapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedangkan yang  tidak menjaganya maka tidak akan memiliki cahaya, bukti dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama Fir’aun, Qarun, Haman, dan Ubay bin Khalaf.”  (Riwayat Ahmad, Thabrani, dan Ibnu Hibban dengan sanad yang  Jayyid/baik). 

     Sebagian ulama  berkata, bahwasanya orang yang meninggalkan shalat dikumpulkan dengan empat orang itu  karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat /jabatan, dan perniagaannya dari shalat.  
  • Orang yang meninggalkan shalat karena disibukkan dan dibimbangkan dengan harta, maka dia akan dikumpulkan di Neraka bersama-sama Qarun. 
  • Orang yang meninggalkan shalat karena  memegang pemerintahan dan kekuasaan, maka orang itu akan dikumpulkan bersama Fir’aun. 
  • Orang yang meninggalkan shalat karena mempunyai kedudukan di dalam pemerintahan, maka ia akan dikumpulkan  di Neraka bersama Hamman. (Hamman adalah mentrinya Fir’aun). 
  • Dan orang yang meninggalkan shalat karena urusan bisnis dan perniagaan, maka orang itu akan dikumpulkan di Neraka bersama Ubay bin Khalaf. Seorang pedagang yang kafir di Mekah pada saat itu. 

Muadz bin Jabal  meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: 
“Barangsiapa meninggalkan shalat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah .”  (Riwayat Imam Ahmad)
     Di Kala Umar bin Khathab  terluka karena tusukan, seseorang mengatakan, “Apakah Anda tetap ingin mengerjakan shalat, wahai Amirul Mukminin?” “Ya, dan sungguh tidak ada tempat dalam islam bagi yang menyia-nyiakan shalat.” Jawabnya. Lalu ia pun mengerjakan shalat meski dari lukanya mengalir darah 
yang cukup banyak. 

Rasulullah bersabda, 
“ Ada tiga orang yang shalatnya tidak diterima oleh Allah, seseorang yang memimpin suatu kaum padahal kaum itu membencinya, seseorang yang mengerjakan shalat ketika telah lewat waktunya, dan seseorang yang 
memperbudak orang yang memerdekakan diri”.( Riwayat Abu Dawud dari Abdullah bin Amru bin Ash )
     Semoga Allah tetap mengokohkan  kita didalam menjaga iman dan islam ini, dan diberi keringanan langkah kita dalam melaksanakan syariatnya diantaranya yakni, sholat tepat pada waktunya dan secara berjama’ah. Amin yaa rabbal ‘alamin


Jangan Tinggalkan Sholat (1)

AYO SHOLAT,....!!!

Allah memerintahkan seluruh seluruh hamba yang beriman untuk menjaga shalat-shalat mereka. Firman-Nya:
“Peliharalah semua sholat(mu), dan (peliharalah) sholat Wustho dan berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyuk.” [QS.al-Baqarah/2:238]

Termasuk menjaga shalat adalah dengan memperhatikan waktu shalat, batasannya dan selalu koreksi terhadap rukun, kewajiban serta selalu semangat untuk menunaikan dengan optimal. Mengerjakan tepat pada waktunya, segera menunaikan dan merasa sedih jika ada bagian hak shalat yang tertinggal, dia memahami andaikan shalat berjama’ahnya ditinggal, maka hilanglah bagiannya dua puluh lipat shalat.[1]

Sungguh kaum muslimin sejak zaman sahabat sangat perhatian terhadap shalat, mereka selalu menjaga shalat dengan perhatian khusus, teladan mereka adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata:
“Adalah Rasulullah mengajak kami berbicara dan kami berbicara kepadanya. Apabila telah hadir waktu shalat, seolah-olah beliau tidak mengenal kami dan kami tidak mengenal beliau.”[2]

Demikian pula generasi setelah para sahabat, mereka berjalan di atas manhaj nabawi. Mereka selalu menjaga shalat.


  1. Sa’id bin Musayyib rahimahullah karena semangatnya untuk shalat beliau selalu menjaga diri untuk berada di masjid sebelum adzan berkumandang. Hal ini berlangsung selama empat puluh tahun. Bard Maula Sa’id bin Musayyib rahimahullah berkata: “Tidaklah adzan shalat berkumandang sejak empat puluh tahun melainkan Sa’id sudah berada didalam masjid.” [3]
  2. Sufyan bin Uyainah rahimahullah berkata: “Janganlah engkau seperti hamba yang jelek, engkau tidak datang kecuali hingga dipanggil, datangilah shalat sebelum adzan.”[4]
  3. Ami bin Abdullah rahimahullah sedang sakit sementara rumahnya dekat masjid, ketika adzan berkumandang dia berkata: “Ambillah tanganku bawa ke masjid.” dikatakan padanya: “Engkau ini sedang sakit.” Amir bin Abdullah rahimahullah berkata: “Aku mendengar panggilan Allah kemudian aku tidak menjawabnya?!” Mereka akhirnya membawanya ke masjid, kemudian beliau shalat maghrib dan mendapati satu raka’at bersama imam kemudian meninggal dunia.” [5]

Allahu Akbar!, begitu indah peri kehidupan mereka!, sampai dalam keadaan sakit sekalipun mereka tetap memperhatikan shalat. Lalu bagaimana dengan keadaan orang-orang sekarang yang sangat malas mengerjakan shalat padahal mereka dalam keadaan sehat. Kemudian yang menyedihkan pula, kaum muslimin meninggalkan shalat karena alasan safar (bepergian jauh). Padahal Allah azza wa jalla memerintahkan shalat sekalipun dalam keadaan mencekam!!. Allohul musta’aan.

Terakhir, wahai orang yang meninggalkan shalat, ambillah bagian dari umurmu dengan amal shalih. Segeralah bangkit dari kelalaianmu dengan menjaga shalat. Kamu tidak mengetahui berapa lama lagi yang tersisa dari umurmu, apakah sebulan, seminggu atau bahkan sehari atau sesaat.?! Ingatlah selalu firman Allah azza wa jalla yang berbunyi:
“Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Rabbnya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam. Ia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup.” [QS.Thoha/20:74]

“Adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia. Maka sesungguhnya neraka lah tempat tinggalnya.” [QS.an-Nazi'at/79:37-39]

Sungguh banyak sekali dalil-dalil yang menegaskan ancaman yang sangat keras bagi orang yang meninggalkan sholat. Diantaranya:

1. Al-Qur’an

Allah azza wa jalla berfirman:
“Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan.” [QS.Maryam/19:59]
Perhatikanlah ayat ini, Allah azza wa jalla memberi ancaman berupa kesesatan bagi yang menyia-nyiakan shalat!!.
Demikian pula firman Allah azza wa jalla:
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama. Dan Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengetahui.”[QS-at-Taubah/9:11]

Dalam ayat ini Allah azza wa jalla mengaitkan peraudaraan agama di antara kaum” muslimin dengan mengerjakan shalat!!
Kemudian Allah azza wa jalla mengisahkan tentang penduduk neraka dalam firman-Nya:
“Apakah yang memasukkan kamu kedalam Saqor (neraka)?. Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat.” [QS.al-Muddatsir/74:42-43]
Sungguh ayat semacam ini sangat tegas memberi ancaman bagi yang meninggalkan shalat.!

2. Al-Hadits
Jabir Abdullah radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Perbedaan antara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.” [HR.Muslim: 76]

Abdullah bin Syaqiq berkata: “Adalah para sahabat Rasulullah tidak memandang sesuatu dari amalan yang bila di tinggalkan menyebabkan kafir selain shalat.” [HR.Tirmidzi: 2622]

Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya perkara terpenting dalam agama kalian adalah shalat. Barangsiapa yang menjaga shalat, sungguh dia telah menjaga agamanya. Barangsiapa yang menyia-nyiakan shalat, sungguh dia akan lebih mudah menyia-nyiakan perkara yang lain. Tidak ada bagian dalam agama Islam bagi yang meninggalkan shalat.” [6]

Imam Ahmad berkata: “Shalat kita adalah akhir agama kita, dia adalah perkara yang pertama kali akan ditanyakan kepada kita pada hari kiamat. Maka tidak ada lagi Islam dan agama bila shalatnya hilang.”

Maka wahai saudaraku yang meninggalkan shalat, berhentilah sekarang juga untuk menyepelekan shalat, bangkitlah dari mimpi burukmu, karena perkara meninggalkan shalat bukan perkara yang ringan, bisa membawa seseorang kepada kekafiran!!

Sumber =============================
[1] al-Wabilus Shoib hal.16
[2] Aina Nahnu min Haaulaa hal.165, Abdul Malik al-Qoshim
[3] Thobaqot Hanabilah: 1/141, Hilyah Auliya: 2/163
[4] At-Tabshiroh: 1/137
[5] Siyar A’lam Nubala: 5/220, adz-Dzahabi
[6] As-Sholat wa Hukmu Tarikiha hal.34

Pernikahan....

   Pernikahan merupakan salah satu sunnah Rasul SAW dan merupakan anjuran agama. Pernikahan yang disebut dalam al-Quran sebagai miitsaaqun ghaliizh, perjanjian agung, bukanlah sekedar upacara dalam rangka mengikuti tradisi, bukan semata-mata sarana mendapatkan keturunan, dan apalagi hanya sebagai penyaluran libido seksualitas atau pelampiasan nafsu syahwat belaka.
   Pernikahan adalah amanah dan tanggungjawab. Bagi pasangan yang masing-masing mempunyai niat tulus untuk membangun mahligai kehidupan bersama dan menyadari bahwa pernikahan ialah tanggungjawab dan amanah, maka pernikahan mereka bisa menjadi sorga. Apalagi, bila keduanya saling mencintai.
     Nabi Muhammad SAW telah bersabda yang artinya,“Perhatikanlah baik-baik istri-istri kalian. Mereka di samping kalian ibarat titipan, amanat yang harus kalian jaga. Mereka kalian jemput melalui amanah Allah dan kalimah-Nya. Maka pergaulilah mereka dengan baik, jangan kalian lalimi, dan penuhilah hak-hak mereka.”
      Ketika berbicara tentang tanggungjawab kita, Rasulullah SAW antara lain juga menyebutkan bahwa “Suami adalah penggembala dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya dan isteri adalah penggembala dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab atas gembalaannya.” 

Begitulah, laki-laki dan perempuan yang telah diikat atas nama Allah dalam sebuah pernikahan, masing-masing terhadap yang lain mempunyai hak dan kewajiban. Suami wajib memenuhi tanggungjawabnya terhadap keluarga dan anak-anaknya, di antaranya yang terpenting ialah mempergauli mereka dengan baik. Istri dituntut untuk taat kepada suaminya dan mengatur rumah tangganya. 

Masing-masing dari suami-isteri memikul tanggungjawab bagi keberhasilan perkawinan mereka untuk mendapatkan ridha Tuhan mereka. Apabila masing-masing lebih memperhatikan dan melaksanakan kewajibannya terhadap pasangannya daripada menuntut haknya saja, Insya Allah, keharmonisan dan kebahagian hidup mereka akan lestari sampai Hari Akhir. Sebaliknya, apabila masing-masing hanya melihat haknya sendiri karena merasa memiliki kelebihan atau melihat kekurangan dari yang lain, maka kehidupan mereka akan menjadi beban yang sering kali tak tertahankan.

Masing-masing, laki-laki dan perempuan, secara fitri mempunyai kelebihan dan kekurangannnya sendiri-sendiri. Kelebihan-kelebihan itu bukan untuk diperbanggakan atau diperirikan. Kekurangan-kekurang pun bukan untuk diperejekkan atau dibuat merendahkan. Tapi, semua itu merupakan peluang bagi kedua pasangan untuk saling melengkapi. Kedua suami-isteri bersama-sama berjuang membangun kehidupan keluarga mereka dengan akhlak yang mulia dan menjaga keselamatan dan keistiqamahannya selalu. Dengan demikian, akan terwujudlah kebahagian hakiki di dunia maupun di akhirat kelak, Insya Allah.