Cerita ISLAM (1) Kutipan..

HATI-HATILAH... !!!

Setelah menyelesaikan kerja praktek lapangannya di sebuah perusahaan di Surabaya, teman sekampus saya di Bandung dulu sempat bercerita kepada kami, teman-teman sekosnya, seputar pengalamannya selama kerja praktek. Dia sempat diajak bercanda oleh kawannya di perusahaan tersebut,

“Nikah itu enaknya Cuma 5%, percaya nggak?”, kata kawannya.
“Cuma 5%, terus sisanya?”, sergah teman saya.
“Yang 95%...???... uuueeennnnnaaakkkk…!!!”, jawab kawannya.
Sontak kami tertawa mendengar cerita teman saya itu, ada-ada saja pengalaman yang dia ceritakan.

Kata orang memang betul bahwa nikah itu enaknya 95% seperti yang diceritakan teman saya di atas. Tapi banyak juga yang tak sabar ingin merasakan yang 95% tersebut lalu mengambil jalan pintas dengan melangkah keluar dari jalur yang disyariatkan agama (menikah). Mungkin jalan pintas tersebut tidak serta merta terjadi, tapi perlahan-lahan di bimbing dan diarahkan oleh setan dengan tipu dayanya yang sangat halus, termasuk salah satunya adalah dengan jalan pacaran.

Pacaran seolah menjadi pembenaran bahwa hal ini adalah cara terbaik untuk mengenal karakter calon pasangan. Padahal banyak sekali hal buruk yang dihasilkan dari pacaran. Kebanyakan pacaran bukannya menampilkan sisi yang sebenarnya dari seseorang, tapi justru hanya menampilkan sisi baiknya saja dan menutupi sisi buruknya.

Saling menipu sesama penipu. Mungkin itu ungkapan yang tepat untuk orang yang asyik berpacaran.
Khawatir mengecewakan dan takut ditinggal sang pacar lalu segala yang baik dia tunjukkan, dan segala yang buruk dia sembunyikan. Tidak mau dibilang menipu tapi dia menipu sang pacar dengan hanya menampilkan yang baik-baik saja. Begitu juga pacarnya, tidak mau dibilang penipu tapi nyatanya memang menipu dengan menyembunyikan keburukannya.

Lalu setelah masuk ke jenjang pernikahan, terungkaplah semua kekurangan, kejelekan dan keburukan pasangannya, hingga tak jarang pertengkaran dan keributan  terjadi sampai berujung perceraian. Tak ada lagi kata-kata manis dan mesra seperti halnya pacaran dulu. Tak ada lagi sikap ramah dan perhatian selayaknya perkenalan dulu. Dan tak ada lagi romantisme indah sebagaimana indahnya merajut kasih yang dilakukannya dulu. Berubah semuanya. Apakah hal semacam ini yang diinginkan? Tentu tidak kan?

Kalau diperhatikan lebih jauh,  banyak sekali perangkap yang setan tanamkan dalam berpacaran. Allah telah melarang kita untuk mendekati zina, lalu kenapa kita harus berpacaran dengan alasan untuk mengenal karakter pasangan? Bukankah itu berarti menentang perintah Allah dan mendekati zina? Jawaban orang pun beragam akan hal ini dan yang paling parah kalau ada jawaban, “yang tak diperbolehkan itu kan mendekatinya, kalau zinanya kan tak apa-apa?”, wah kacau nih kalau sudah begini jawabannya.

Coba kita cermati lebih dalam lagi bagaimana perangkap setan dalam menyesatkan manusia yang diselipkan melalui pacaran. Mulai dari memandang lawan jenis yang bukan mahrom, memegang tangannya, berdua-duaan tanpa ada pihak ketiga yang mendampingi, berucap sayang dan rindu, gerilyanya tangan ke sana sini dan akhirnya zina. Padahal memandang lawan jenis yang bukan mahrom, jelas haram hukumnya. Karena kita disuruh menundukkan pandang bila bertemu lawan jenis bukannya malah melihatnya, bukankah cinta dari mata turun ke hati? Jadi harus hati-hati!

Memegang tangan, padahal Rasul tidak berani menyentuh kulit atau berjabat tangan dengan kaum perempuan yang bukan mahromnya, lalu kenapa kita berani? Hebat ya kita, berani melawan perintah Rasul. “Barang siapa berjabat tangan dengan perempuan yang bukan mahramnya maka dia dimurkai Allah ‘Azza wajalla”. (HR.Ibnu Baabawih).

Berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom tanpa ada pihak ketiga yang mendampingi, tentu akan menimbulkan hasrat yang menggebu untuk melakukan sesuatu yang lebih jauh. Ya, karena hasrat itu ditiupkan oleh setan agar manusia terlena untuk berbuat dosa, zina misalnya. Kata Rasul, “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan perempuan (bukan mahram) karena yang ketiganya adalah syetan.” (HR. Abu Dawud).

Terbersit rasa cinta, sayang dan rindu yang meluap-luap untuk sang kekasih lalu diikuti dengan lamunan membayangkan sang kekasih, seolah-olah hati dan hidupnya hanya untuk sang kekasih. Bahkan ada lagu yang isinya teringat sang kekasih saat mau melakukan hal apapun. “Mau makan ingat kamu, mau minum ingat kamu, mau tidur ingat kamu, mau pergi ingat kamu, pokoknya mau ngapa-ngapain ingat kamu.” Masya Allah, na’udzubillaahimindzalik. Syirik ini.

Padahal sejatinya cinta itu kan hanya untuk Allah. Rasa cinta, sayang dan rindu juga untuk Allah. Kalau kita seperti  lagu di atas mau ngapa-ngapain ingat sang kekasih, wah dosa besar itu jadinya. Seharusnya kalau mau makan / minum yang diingat adalah Allah dengan mengucap “bismillaah”, mau tidur juga yang diingat adalah Allah dengan melafadzkan do’a sebelum tidur, dan mau ngapa-ngapain juga seharusnya yang diingat adalah Allah, bukannya yang diingat adalah sang kekasih.

Di sinilah pintarnya setan yang sangat halus tipu dayanya, mengelabui hati manusia, sehingga lupa akan eksistensinya sebagai makhluk Allah. Hati yang seharusnya digunakan untuk mengingat Allah (berdzikir), tapi malah digunakan untuk mengingat sang kekasih. Lidah yang seharusnya digunakan untuk melafadzkan keagungan Allah, justru digunakan untuk menyebut cinta, sayang dan rindu kepada orang yang belum menjadi haknya.

Lalu kalau cinta, sayang dan rindu sudah terluapkan dalam suatu pertemuan fisik, maka tak jarang tangan akan bergerilya kesana kemari, ujung-ujungnya zina lah yang terjadi. Kalau sudah begini siapa yang rugi? Kebanyakan pihak perempuan kan? Meskipun pada hakikatnya kedua belah pihak sama-sama merugi. “Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua mata zinanya melihat, kedua telinga zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati yang berhasrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisir atau diwujudkan) oleh kelamin atau digagalkannya.” (HR. Bukhari).

Seringkali karena sudah dimabuk asmara, apapun rela dikorbankan. Kesucian, kehormatan dan harga diri diberikan untuk sang kekasih, tak tanggung-tanggung bahkan hidup dan iman pun juga rela untuk dikorbankannya. Hal ini yang sering terjadi bila kekasih hatinya berbeda aqidah dengannya, sehingga agar cintanya bersatu, lalu setan membisikkan hatinya agar murtad meninggalkan aqidahnya demi sang kekasih. Itulah pintarnya setan dalam menjerumuskan manusia dalam kesesatan. Dia menyusup dalam cinta hati manusia dan pelan-pelan mengajaknya ke neraka.

Kemudian bila ada masalah, tak jarang gelisah dan stress melanda. Telepon tak diangkat, sms tak dibalas, kata putus merajai, sehingga bingunglah hatinya, dan air matalah yang menghiasi wajahnya. Nah disini, lagi-lagi setan merasuk dalam jiwa manusia dan menanamkan kegelisahan. Sehingga muncullah bisikan-bisikan setan yang menyesatkan, ”sudah ke dukun aja, biar selesai semua urusan”. Cinta ditolak, dukun bertindak. Begitu kata orang. Masya Allah, semakin sesatlah dia karena cinta palsu yang dibuat-buatnya hingga termakan bisikan sesat iblis terlaknat.

Perlu diwaspadai bahwasanya rasa gelisah, marah, cemas yang berlebihan, dan seabrek rasa negatif  yang muncul dihati karena masalah hubungan harom tanpa mahrom (pacaran) kebanyakan penyebabnya adalah setan agar kita merasa was-was dan jauh dari Allah. Padahal sebagai orang yang beriman, sudah selayaknya hati kita tenang karena ayat-ayat Allah yang dibacakan untuk kita. Nah, kalau hati kita senantiasa was-was, sedih dan gelisah maka itulah pertanda bahwa setan sedang merasuki hati kita. Maka, berhati-hatilah terhadap setan (jin) yang sangat halus tipu dayanya.

Budi Pekerti,...

Dalam keadaan sulit seperti apapun, tentu ada jalan keluarnya, tidak semua orang bersifat jelek, tidak semua pemimpin  lupa diri, ada masih anak bangsa yang berkwalitas, jujur, pandai, trampil, trengginas,berani hidup sederhana, dalam perilaku dan tindakannya didasari nurani dan berkah Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang . Inilah anak bangsa, satria bangsa yang mumpuni dan akan mrantasi gawe, mengentaskan bangsa dan negara ini dari keterpurukan dan membawa kekehidupan yang lebih baik , sejahtera, aman, adil dan makmur.

Kalau kita merenung dengan hening, berbicara dengan nurani, tiada  sedikit keraguan bahwasanya Budi Pekerti yang sarat dengan ajaran luhur moral dan etika dan kepasrahan kepada Tuhan, merupakan resep mujarab supaya bangsa dan negara terlepas dari segala keruwetan yang dihadapi
Krisis yang dihadapi akan ditanggulangi dengan baik bila kita semua, terutama mereka yang menjadi pemimpin, priyayi, birokrat, dengan sadar dan mantap, melaksanakan semua tindakan dengan dasar budi pekerti.


Budi Pekerti yang merupakan kearifan lokal, pada dasarnya mengandung nilai-nilai universal.

Budi Pekerti akan membangkitkan kepribadian yang berkwalitas : tanggap ( peka), tatag ( tahan uji), dan tanggon ( dapat diandalkan).