Tanya jawab bukan sekadar metode, tetapi sebuah esensi. Pengetahuan manusia berkembang, wawasan manusia diperdalam,kesadaran manusia dicerahkan oleh berbagai pertanyaan.Akhirnya pertanyaan jauh lebih penting dari jawaban.
Manusia lebih suka menerima jawaban daripada mengajukan pertanyaan.
Jawaban, ajaran, nasihat itu yang dicari. Maka orang berduyun-duyun mendatangi guru atau yang dianggap guru, bukan untuk bertanya, tetapi untuk mendengarkan aneka jawaban yang tak pernah mereka tanyakan.
Hampir semua jawaban ditelan begitu saja karena percaya hal itu mengandung kebenaran.
Latihan berpikir adalah bertanya. Bertanya menandakan seseorang sedang berpikir atau memikirkan sesuatu yang sedang menjadi persoalan dirinya. Bertanya itu berpikir. Menerima jawaban sebanyak-banyaknya itu tidak berpikir. Pikirannya hanya mencerna jawaban-jawaban dan itu hasil pertanyaan orang lain. Menimbun jawaban tidak serta-merta seseorang mampu membuat pertanyaan sebab aneka jawaban itu tak pernah ditanyakan.
Tradisi kurang bertanya dan berpikir ini tampak di lembaga-lembaga pendidikan kita atau di suatu seminar ataupun pertemuan organisasi. Guru sebagai pemegang otoritas kebenaran tidak pernah dibantah muridnya. Demiian dengan Seminaratau pertemuan organisasi yang sebagai pembicara adalah ketua/penasehat/ataupun bintang tamu.
Jika dibuka pertanyaan, hanya satu-dua yang bertanya. Dan jawaban atas pertanyaannya sendiri (atau pertanyaan yang dihafal dari buku-buku) sudah cukup bagi pendengar..
Oleh karena itu seringlah bertanya.. karena bertanya bukan berarti bodoh/goblok. tetapi bertanya juga jangan hasil daur ulang...